Perasaan yang bimbang dan cerita hujan
1 November 2020
Perasaan
yang bimbang dan cerita hujan
Bulan
Oktober di akhir tanggal dimusim hujan, aku sudah membuat rencana sejak lama
untuk melakukan ziarah ke makam Sunan Kalijaga di Demak dan Sunan Kudus di
Kudus, selain itu seharusnya juga rencananya akan ke makam Kakaknya R.A Kartini
yaitu makamnya Sosrokartono.
Pagi itu
aku sudah sibuk mengerjakan pekerjaan rumah agar segera rampung sebelum jam
09.00 wib, mulai dari memandikan burung, mencuci motor dan bersih-bersih. Sebelum
mulai aku sempatkan masak air ‘tuk menyeduh kopi susu sasetan dan sisa sedikit
untuk kompres wajah karna saat itu ada satu jerawat yang muncul di area kumis,
ahh itu membuatku sedikit tidak percaya diri. Aku sering mengkompres wajah
dengan air hangat dan benar saja apa yang aku lakukan manjur, jerawat itu kemps
lalu pecah dan mengeluarkan sedikit darah pikirku “untung darahnya cuman sedikit, kalau banyak sudah takut aku”, di tengah kesibukanku dengan hidupku sendiri
aku mendengar ada ramai-ramai di depan rumah tetanggaku, itu membuatku
menghentikan urusanku dengan jerawat dan langsung beranjak pergi keluar rumah,
dan ternyata ada yang sudah waktunya lahiran, momen yang istimewa bagi seorang
suami dan istri ketika tiba waktunya melihat buah hatinya akan melihat dunia
luar. Sedikit terharu “jadi gini ya menjalin sebuah rumah tangga, harus siap
dengan segala apaun”. Para tetangga ramai mengantarkan si ibu naik ke mobil
untuk diantarkan ke RS terdekat, itu sedikit menghabiskan waktuku. Aku langsung
bergegas menyelesaikan mencuci dan siap-siap pergi ke SD untuk menggambil surat
izin untuk adikku sekolah, karna mengerjar waktu dan ya aku bisa pulang kerumah
jam 08.58 wib.
Aku pergi
dengan seorang yang dekat, seorang wanita baik yang dikenalkan temanku
organisasi, pukul Sembilan lebih dan aku dapat kabar bahwa dia belum bisa
datang tepat waktu karna sedang mencuci motor dan ya aku bisa memakluminya, aku
menyibukkan diri dengan bermain hp, menonton tv meskipun tidak ada kartun sama
sekali tapi tetap aku tonton, sedikit lama aku menunggu akhirnya ia datang jam
11.00 wib, aku bertanya “kamu bawa
pesenanku nggak?” di jawab “bawa itu
dimotor”, ia mengambil lalu memberikanku, aku lihat matanya sedikit memerah
dan berair aku tau dia sangat capek dan semalam katanya dia dirumah temannya
dan tidak pulang karna hujan katanya, tak perpikir lama aku langsung ajak dia
untuk berangkat karna sudah kesiangan yang seharusnya berngkat pagi. Ditengah perjalanan
ku sudah melupakan rasa bosanku dan aku ajak ia mengobrol apapun, bercanda,
tertawa sepanjang jalan. Dalam pikiranku yang ingin aku datangi ialah warung
langganan yang setiap pergi ke Demak, setelah selesai lansung menuju ke Makam
Sunan Kalijaga, saat masuk aku melihat untuk keamanan kebersihan lumayan ketat ya
dikarenakan masa pandemi ini pengaruhnya besar di dunia.
Matahari
sudah mulai condong sedikit ke barat, aku mengajak ia beranjak pergi untuk
melanjutkan ke Makam Sunan Kudus, aku melihat awan yang gelap dan membawa beban
berat yang sepertinya akan turun hujan deras dan ya benar juga belum lama
dijalan sudah terasa angina yang kecang dan air rintik demi rintik jatuh
mengenai kaca helm dan tangan, tak mau ambil resiko langsung aku berteduh di
beranda masjid. Melihat rintik hujan dengan dia membicarakan banyak hal
membuatku tak bosan menunggu begitu lama hujan yang tidak reda-reda. Adzan asar
berkumandang bertepatan juga dengan hujan yang reda, aku Tanya dia “langsung jalan apa shalat dulu” ia jawab “shalat
dulu aja, takutnya nanti bingung cari tempat shalat pas dijalan”. aku
mengiyakan tanpa pikir panjang. Alam mempunyai kejutannya sendiri, hujan turun
lagi disertai beberapa kali ada petir yang menggelegar. Aku duduk bersender
tiang masjid dengan jaket menutupi tubuh karna angin yang sangat dingin, bukan
cuman aku sendiri, banyak orang yang berteduh, saat aku masih memperhatikan
orang-orang dia datang dan langsung duduk disampingku, melihat dia dengan
senyumnya aku awali obrolan dan aku lihat dia kedinginan langsung saja ku minta
dia pakai jaketku biar dia hangat meskipun aku sendiri kedinginan yang membuat
kulitku muncul bintik merah, ia memperhatikan dan bertanya “kamu alergi dingin, gatal apa tidak?” aku
jawab “enggak ini cuman merah aja nggak
sampai gatal” lalu melanjutkan perbincangan ngalor-ngidol sampai tak
menyangka sore sudah menunjukkan jam setengah 5 tapi langit masih menurunkan
butir air hujannya. Sebenarnya ia bawa jas hujan tapi ia tidak suka
menggunakannya katanya “sumpek, nggak
enak”, ya akhirnya melanjutkan perjalanan meskipun masih ada rintik-rintik
hujan.
Sampailah di
tempat tujuan yaitu Makam Sunan Kudus, jaketku yang basah aku lihat punggung
dia juga sedikit basah, karna hawa yang dingin langsung aku ajak untuk cari
makan yang berkuah dengan niatan agar menghangatkan tubuh. Di sebuah warung
dekat area menara kudus aku memesan makan dan ku tawari ia menolak katanya
tidak lapar dan hanya ingin minum yang hangat, dipesanlah seporsi ayam geprek, teh
hangat dan milk tea hangat pesanan dia. Ia sangat capek sampai ingin
menyandarkan tubuhnya diatas meja, aku tawarkan pundakku dan ia mau, ia
bersandar disaat aku sedang makan. Bunyi kentongan yang khas berbunyi
menunjukkan waktunya maghrib, setelah selesai beranjaklah menuju masjid dan
terlihat banyaknya rombongan pengunjung yang sedang ada dimasjid. Tak lupa
setelah melaksanakan shalat dan berziarah ke makam tak lupa sedikit bersua foto
didekat area menara, aku foto dia beberapa kali, tidak banyak karna posisi
masih grimis.
Karna sudah
sangat malam kuurungkan niatku untuk berziarah ke makam Kakak R.A Kartini yaitu
Sosrokartono, mungkin lain kali, diwaktu dan kesempatan lain. Perjalanan pulang
masih dihiasi rintik hujan yang semakin deras, macet panjang karna ada pohon
roboh di tengah jalan saat menuju ke
Kota Demak, area menunju alun-alun demak pun diblok yang membuat aku mengambil
jalan pintas. Hujan yang tak berhenti-henti membuat sebagian daerah-daerah yang
terkenal gampang banjir menjadi jalan yang sangat aku hindari. Sampailah dirumah
dengan selamat, ia langsung pamit dan berterimakasih karna telah menuruti
permintaannya untuk ziarah dan aku juga berterimakasih untuk waktu yang ia
berikan padaku. Terbersit pertanyaan “apa
iya dia benar-benar ada rasa padaku?” pertanyaan itu masih terngiang-ngiang
dipikiranku hingga saat aku menceritakannya di sini. Oh perasaan kenapa kamu
sangat membingukan.
Komentar
Posting Komentar